. Catatan kecilku: 2011

Rabu, 01 Juni 2011

Izinkan aku mengenangmu

Kau yang dulu ada..
Kau yang selalu ku cinta..
Pergi tinggalkan semua..
Dalam kepahitan..

Apa dosaku padamu..
Hingga kau buat hatiku membisu..
Seribu bahasa tak ada yang mampu..
Ungkapkan sakit yang pilu..

Kini ku mengerti kan semua yang ada..
Takdir tak menyatukan kita..
Cinta kita tak selalu bersama..
Maafkan semua yang dulu ku lakukan..

Izinkan aku mengenangmu..
Dalam relung dan sukmaku..
Memaksa tak bisa melupakanmu..
Yang terlanjur mencintaimu..

Izinkan aku mengenangmu..
Walau kau kelak kan lupakanku..
Biarlah kan kutulis kau dalam lembaranku..
Sebagai cinta terindahku..

By: Rama

Minggu, 22 Mei 2011

Kisah Kehidupan Nura

Nura
kisah kehidupan utk peboman semua, ambillah iktibar sayangi lah istri Anda walau apapun tantangan yang akan Anda hadapi.

Nura memperhatikan jam di dinding, sudah dekat pukul 12.00 malam, argh ... dia lambat lagi malam ini. Akhirnya sofa itu juga menjadi kasurnya malam ini. Pukul 02.00 pagi. "Nura, Nura bangun sayang". Hilmi mengejutkan isterinya. "Eh! abang udah pulang, maaf Nura tertidur, abang mau makan? "tanya Nura. "abang gak lapar, abang dah makan tadi, Jomlah kita tidur di atas". jawaban yang cukup mengecewakan Nura. "Arrggh rindunya Nura pada abang, rindu ingin makan semeja dengan abang, abang gak lihat masak apa Nura hari ini, ikan cencaru sumbat kesukaan abang," luah Nura dalam hati. "Abang naiklah dulu Nura mau simpan lauk dalam lemari es dulu". pinta Nura sambil menuju ke dapur. Gugur air mata istrinya ketika menyimpan kembali lauk-lauk yang sama sekali tidak dijamah oleh suaminya tercinta, kecil hatinya sedih perasaannya. Lalu Nura ambil dua keping roti sapu jem dan makan untuk alas perut karena sebenarnya dia lapar, tapi selera makannya hilang dengan situasi itu. Nura meneguk milo hangat sedalam-dalamnya dan akhirnya masuk kamar mandi gosok gigi dan terus menuju ke kamar tidur. Sekali lagi tergores hati seorang isteri ketika melihat suaminya telah terlelap tidur. "Sampai hati abang tidur dulu tanpa ucapkan selamat malam, tanpa kecupan mesra, tanpa belaian dan tanpa kata-kata kasih abang pada Nura", bisik hati kecilnya. Aargghh rindunya Nura pada abang. "Nura rindu dipeluk sama abang, Nura pingin kecup abang, Nura rindu abang". Selesai shalat subuh Nura panjatkan doa semoga dia selalu mendapat kebahagiaan, dipanjangkan jodohnya dengan Hilmi tercinta, senantiasa diberi kesehatan, Dan dengan khusyuk dia berdoa semoga Allah berikan kekuatan untuk menempuh segala badai.
Selesai menjalankan amanat itu, Nura dikejutkan oleh Hilmi, ketika dia sedang menuju ke dapur hendak menyediakan sarapan buat suami tersayang. Nura keluarkan ayam dan sayur dan mulai menumis bawang untuk menggoreng mie. "Assalamualaikum", sapa Hilmi yang sudah siap berpakaian untuk ke kantor. "Waalaikumsalam, sayang". Nura mencoba bermanja sambil menambahkan, "abang mau kopi atau teh?" Nura tetap kecewa ketika Hilmi hanya meminta air dingin saja, dia bilang hari ini ada 'presentation' dan ingin cepat berangkat, mie goreng pun hanya dimakan sekadarnya saja demi menjaga hati Nura dan tergesa-gesa keluar dari rumah . Nura mengantarkan keberangkatan suaminya hingga ke depan pintu "Abang, Nura belum cium tangan abang, abang belum kecup dahi Nura", kata Nura setelah mobil itu meluncur pergi. Arrghh rindunya Nura pada abang.


"Mi, semalam pulang jam berapa?" Tanya Zikri. "Dekat jam 02.00 pagi". Jawab Hilmi acuh tak acuh. "Wow dasyat kau, kalahkan kami yang masih bujang, semalam kan malam Jum’at, gak kasihan bini mu?". Zikri bergurau nakal. "Apa boleh buat, aku ikut Saiful dan Nazim pergi makan dan kumpul -kumpul, sadar-sadar dah pukul 02.00", aku pulang bini aku pun dah tidur. "Balas Hilmi. "Sorry lah aku tanya, sejak akhir-akhir kau selalu saja cari alasan untuk pulang ke rumah, hari minggu pun kamu sibuk mengajak member lain pergi fishing, kamu sedang ada masalah dengan Nura?". Zikri mencoba bertanya sahabat yang cukup dikenal sejak dari sekolah menengah sampai ke universitas dan malah sekarang bekerja di tempat yang sama. "Entahlah Zik, aku tak tahu kenapa sejak akhir-akhir ini aku merasa malas kalau mau pulang ke rumah, bukan aku membenci Nura, kami tak bertengkar, kami baik-baik saja, tapi entahlah". jelas Hilmi. "Well, aku rasa aku perlu dengar penjelasan yang lebih panjang lagi tentang kau, aku ingin dengar semuanya, tapi tidak sekarang, gimana kalau setelah kerja kita keluar, ok? ". Usul Zikri. "Ok." Ringkas jawaban Hilmi.

Nura membuka kembali album kenangan itu. Tersenyumlah dia ketika melihat saat manis dia diijab kabulkan dengan Hilmi. Resepsi singkat yang hanya dihadiri oleh sanak saudara dan teman terdekat. Maklumlah yatim piatu, kenduri ini pun dari kakak sulungnya yang sudi mengendalikan. Saat-saat sebegini Nura teringat kembali alangkah indahnya jika ibunya masih ada, akan diluahkan segalanya pada ibu tetapi sekarang, dia tidak punya siapa. Nura menangis sepuas hatinya. 5 tahun menjadi suri Hilmi, bukan satu periode yang pendek. Nura bahagia sangat dengan Hilmi, cuma sejak akhir-akhir ini kebahagiaan itu makin menjauh. Nura sadar perubahan itu, dan dia tidak salahkan Hilmi. Makin laju air matanya mengalir. "Abang sanggup menerima Nura, abang tidak menyesal?". tanya Nura 5 tahun yang lalu. "Abang cintakan Nura setulus hati abang, abang sanggup dan Insya-Allah abang akan bahagiakan Nura dan akan abang tumpahkan sepenuh kasih sayang buat Nura,". Janji Hilmi. "Meskipun kita tidak berpeluang menimang zuriat sendiri?". Tanya Nura lagi. "Syyy ... dokter pun manusia macam kita, yang menentukan Allah, Insya-Allah abang yakin sangat kita akan ada zuriat sendiri", Hilmi meyakinkan Nura. Nura masih ingat saat itu, saat dia menjelaskan pada Hilmi dia mungkin tidak dapat mengandung karena sebagian rahimnya telah dibuang karena ada tumor. Harapan untuk mengandung hanya 10-20 persen saja. Tapi Hilmi yakin Nura mampu memberikannya zuriat. Tapi, itu suatu masa dahulu, setelah 5 tahun, Nura tidak salahkan Hilmi jika dia sudah mengalah dan terkilan karena Nura masih belum mampu memberikannya zuriat. Meskipun Nura sudah selesai menjalani operasi untuk memperbaiki kembali posisi rahimnya dan mencoba berbagai metode modern dan tradisional. Arrghh rindunya Nura pada abang.

"Aku tak tahu macam mana aku nak luahkan Zek, sebenarnya aku tidak salahkan Nura, dia tidak minta semuanya berlaku, istri mana yang tidak ingin mengandungkan anak dari benih suaminya yang halal, tapi ..." ayat Hilmi terhenti disitu. "Tetapi kenapa? Kau dah bosan? Kau dah give up? "Celah Zikri. "Bukan macam tu, aku kesian dengan dia sebenarnya, duduk rumah saja, sunyi, tapi sejak akhir-akhir ini perasaan aku jadi tak tentu arah, aku rasa simpati pada dia, tetapi kadang-kadang perasaan aku berubah sebaliknya", terang Hilmi. "Maksudnya kau menyesal dan menyalahkan dia?" Tingkas Zikri. "Entahlah Zek, aku tak kata aku menyesal, sebab aku yang pilih dia, aku tahu hal ni akan terjadi, cuma mungkin aku terlalu berharap, dan akhirnya aku kecewa sendiri. Dan aku tidak ingin menyalahkan Nura sebab itulah aku mencoba menghindari kebosanan ini, dan jangan bersama macam dulu karena simpati aku pada dia akan bertukar menjadi argumentasi "Jelas Hilmi. "Dan kau puas dengan melarikan diri dari dia? kata Zikri tidak puas dan menambahkan, "apa kata korang ambil saja anak angkat?" "Anak angkat tak sama dengan zuriat sendiri Zek, kau tak mengerti. Aku harapkan zuriat sendiri dan dalam waktu yang sama aku tahu dia tak mampu, ibu dan kakak-kakak aku pun dah bising, mereka suruh aku kawin lagi, tapi aku tak sanggup melukakan hati dia Zek. Aku tak sanggup ". Ujar Hilmi.

- Nura masih menanti, biasanya akhir pekan mereka akan terisi dengan pergi berjalan-jalan, perbelanjaan, atau setidaknya mengunjungi rumah kerabat atau menjenguk orang tua Hilmi di kampung. Kini dah hampir 5 bulan mereka tidak menjenguk mertua dia. Dia sayangkan mertua dan iparnya yang lain macam saudara sendiri. Dia tidak punya ibu, maka dengan itu seluruh kasih sayang seorang anak dicurahkan kepada kedua mertuanya. Secepatnya setiap kali menjenguk mertua atau kakak-kakak iparnya dia akan bawakan buah tangan untuk mereka, biasanya dia akan menjahit baju untuk mereka, itulah yang selalu dibuat untuk menggembirakan hati mertuanya, maklumlah dia punya waktu yang cukup banyak untuk menjahit. Biasanya juga dia akan buatkan kek atau biskut untuk dibawa pulang ke kampung suami tersayangnya. Dan mereka akan gembira sekali untuk pulang ke kampung, tapi kini ... aarghh rindunya Nura pada abang. Nura tahu Helmy pergi memancing karena dia bawa bersama segala peralatan memancing, dan hari ini sekali lagi Nura menjadi penghuni setia rumah ini bersama setianya kasihnya kepada Hilmi. Nura masih tidak menaruh syak pada Hilmi, dia masih mencoba memasak sesuatu yang istemewa untuk Hilmi bila dia pulang malam nanti, tapi Nura takut dia kecewa lagi. Arghh tak apalah, demi suami tercinta. Aaarggh Rindunya Nura pada abang.

"So you dah tahu I dah kawin, tapi you masih sudi berkawan dengan I kenapa? Apakah karena simpati atau ikhlas? "Tanya Hilmi pada Zati yang dikenal dua minggu lalu saat menurut teman-teman pergi memancing. Sejak itu Zati menjadi teman makan tengaharinya, malah kadang teman makan malamnya. "I ikhlas Hilmi, dan I tak kisah kalau jadi yang kedua, I dah mulai sayangkan you". Zati berterus terang. Lega hati Hilmi, tapi Nura? -

"Abang, Nura tak berapa sihatlah bang rasa macam nak demam saja," adu Nura pagi tu, sebelum Helmy ke kantor. "Ye ker? Ambil duit ni, nanti Nura call taksi dan pergilah klinik ye, abang tak dapat mengirim Nura ni. "Jawaban Helmy yang benar-benar membuat Nura mengalirkan air mata. Tidak seperti
> Dulu-dulu, kalau Nura sakit demam Hilmi sanggup mengambil cuti, bersama-sama
> Menemani Nura. Arrgg rindunya Nura pada abang. Karena Nura terlalu sedih
> Dan kecewa, dia memutuskan tidak mau ke klinik setelah makan dua bijik panadol, dia terus berbaring. Sehingga ke petang, badan dia semakin panas dan kadang terasa sangat dingin, kepalanya berdenyut-denyut. Nura menangis lagi. Malam tu, seperti biasa Hilmi pulang lewat setelah menemani Zati ke majlis harijadi kawannya. Nura masih setia menunggu dan dia rasa kali ini dia ingin luahkan segala perasaan rindu dan sayangnya pada Hilmi. Tak sanggup lagi dia menanggung rindu yang amat sarat ini, rindu pada manusia yang ada di depan mata setiap hari. Aargh rindunya Nura pada abang. Bila Hilmi selesai mandi dan ganti pakaian, Nura bersedia untuk membuka mulut, ingin diluahkan segalanya rasa rindu itu, dia rasa sakit demam yang dia tanggung sekarang ini akibat dari memendam rasa rindu yang amat sarat. "Abang, Nura nak cakap sikit bisa?" Nura memohon izin seperti kelazimannya. "Nura, dah lewat sangat esok sajalah, abang letih," bantah Helmy. "Tapi esok pun abang sibuk jugak, abang tak ada waktu, dan abang akan balik lambat, Nura tak berpeluang abang". ujar Nura dengan lembut. "Eh .. dah pandai menjawab," perli Hilmi. Meleleh air mata Nura, dan Hilmi rasa bersalah dan bertanya apa yang Nura nak bincangkan. "Kenapa abang terlalu dingin dengan Nura sejak akhir-akhir ni? Tanya Nura. "Nura, abang sibuk kerja cari duit, dengan duit tu, dapatlah kita bayar duit rumah, duit kereta, belanja rumah dan sebagainya mengerti?" Hilmi beralasan. Nura agak terkejut, selama ini Hilmi tak pernah berbicara kasar dengan dia, dan dia terus bertanya, "dulu Abang tak macam ni, masih ada waktu untuk Nura, tapi sekarang?" Ujar Nura. "Sudahlah Nura abang dah bosan, pening, jangan tambahkan hal yan menyesakkan dada", bantah Hilmi lagi. "Sampai hati abang abaikan Nura, Nura sedar siapa Nura, Nura tak mampu berikan zuriat untuk abang dan abang bosan karena rumah kita kosong, tidak suara tangis anak-anak bukan? "Dan Nura terus berbicara dengan sedu sedan. "Sudahlah Nura abang dah bosan, jangan cakap pasal tu lagi abang tak suka. Bosan benar ... "Pagi tu, Helmy keluar rumah tanpa sarapan, tanpa bertemu Nura dan tanpa suara pun. Nura makin rindu pada suaminya, demamnya pula kian menjadi-jadi. Malam tu Hilmi terus tidak pulang ke rumah, Nura menjadi risau, warna dimatikan, Nura risau, dia tahu dia bersalah, akan dia memohon ampun dan maaf dari Hilmi bila dia kembali. Nura masih menanti, namun hanya hari ketiga baru Hilmi muncul dan Nura terus memohon ampun dan maaf dan hulurkan tangan tetapi Helmy hanya hulurkan acuh tak acuh saja. Nura kecil hati dan meminta Hilmi pulang malam nanti karena dia ingin makan bersama Helmy. Helmy sekedar mengangguk. Tetapi malam tu Nura kecewa lagi. Hilmi pulang lewat malam. demam Nura pulak makin teruk, dan esoknya tanpa ditemani Helmy dia ke klinik, sebab sudah tidak tahan lagi.

Abang pulanglah abang, pulanglah Nura ingin beritahu kabar ini, pulang abang, doa Nura. Nura kecewa tapi masih menanti, bila masuk hari ketiga dia sudah tidak sabar lagi, dia menelepon ke kantor. Dan telepon itu disambut oleh Zikri. "Syukurlah Nura kau telepon aku, ada hal aku nak cakap ni, bisa aku jumpa kau? tanya Zikri. "Eh tak bolehlah aku ni kan istri orang, mana bisa jumpa kau tanpa izin suami aku, berdosa tau", tolak Nura. Pilunya hati Zikri mendengar pengakuan Nura itu. Setianya kau perempuan, bisik hatinya. "Oklah kalau macam tu, aku pergi rumah kau, aku pergi dengan mak aku dapat?" Pinta Zikri. "Ok, kalau macam tu tak apalah, aku pun dah lama tak jumpa mak kau, last sekali masa konvo kita 6 tahun yang lalu kan?" Setuju Nura.

"Eh kenapa pucat seperti ni? tegur Mak Siti. Nura hanya tersenyum penuh arti, dan membisik, "Allah makbulkan doa saya ibu". Pilu hati Mak Siti dan betapa dia menyadari bahwa Allah itu Maha Mengetahui apa yang Dia lakukan. Segera Mak Siti mendapat Zikri di ruang tamu dan kabarkan berita itu. Zikri serba salah. "Nura, aku anggap kau macam saudara aku, aku tak tahu macam mana nak mulakan, aku harap kau tabah dan tenang, sebenarnya Hilmi dalam proses untuk menikah lagi satu, dan aku sayangkan korang macam saudara sendiri, dan aku tak sanggup rumah tangga korang musnah macam ni, kau tanyalah dengan Hilmi dan bincanglah, cobalah selamatkan rumah tangga korang. "terang Zikri. Nura menangis sepuasnya di pundak Mak Siti, rasa hampir luruh jantung mendengarkan penjelasan itu. Patutlah selalu tidak balik rumah. Berita gembira yang diterima pagi tadi, sudah tidak berarti. Nura menantikan Hilmi sehingga ke pagi, namun dia masih gagal. Dua hari kemudian Helmy pulang dan sibuk mengambil beberapa pakaian penting, dan waktu ini Nura bertekad untuk bertanya. "Ya, benar apa yang Nura dengar tu, dan kami akan langsungkan jugak, dan abang takkan lepaskan Nura, itu janji abang, mak ayah pun dah tahu dan mereka tak kisah asalkan abang tidak lepaskan Nura, karena mereka juga sayangkan Nura, dan Nura kena faham abang inginkan zuriat sendiri, walau apa pun persiapan sedang dilakukan, abang janji takkan abaikan Nura. "Janji Helmy. Nura sayu mendengar, dan bagaikan kelu lidahnya untuk berkata-kata. Dan segala kabar gembira itu tewas menjadi kabar duka. Nura terlalu kecewa.

Hilmi masih menanti di luar, rasa amat bersalah bersarang di kepala, sejak dihubungi Zikri, dia bergegas ke rumah sakit saat diberitahu Nura pengsan dan mengalami pendarahan. Dokter dan perawat keluar masuk. Dia masih resah. "Insya-Allah En. Hilmi, dua-dua klik ", terang dokter di Hilmi. "Dua-dua apa maksud dokter? tanya Hilmi. "Dua-dua ibu dan baby dalam konten tu, tapi dia kena banyak beristirahat karena rahimnya tidak begitu kokoh, saya takut banyak bergerak akan menyebabkan berlaku keguguran, tapi kami dah mulai injection untuk kuatkan paru-paru baby dan jahitkan rahim dia dan siap early delivery dalam hal seperti, "terang dokter. "Ya Allah Nura mengandung, Ya Allah berdosanya aku pada Nura, kesal Hilmi. Malu rasanya untuk menatap muka Nura. "Kenapa Nura tak bagi tahu abang yang Nura mengandung? kesal Hilmi. "Nura memang nak bagitau abang tapi, bila abang cakap abang sudah bertunang dan akan menikah dengan perempuan lain Nura tak sampai hati bang, Nura tak sanggup abang malu dan keluarga abang malu." Jelas Nura. "Nura sebenarnya, abang belum bertunang dengan budak tu, abang cuma sekedar berteman saja. Belum pernah abang bincangkan soal kawin lagi, dan abang tak sanggup nak teruskan hubungan tu lagi karena abang akan jadi ayah tidak lama lagi. "Janji Hilmi. Kesal karena mengabaikan Nura yang mengandung itu, membuatkan Nura risau dan akhirnya pitam di situs rumah, Untungnya ada tetangga nampak dan membawa ke rumah sakit, dan mujur jugak Nura pengsan di situs, dapat dilihat orang.

"Mama, kenapa mama buat tu, biarlah mak yang buat," marah Hilmi bila melihat Nura mencoba menyapu lantai. Sejak keluar hospital hari tu, mertua dia meminta agar Nura tinggal saja di rumah sampai bersalin karena dia memang tidak diizinkan dokter melakukan kerja, khawatir keguguran karena rahimnya tidak kuat. "Ala Papa ni, biarlah mama buat sikit sajalah." Balas Nura. Itulah panggilan manja mereka sekarang ni. Dengan pengawasan rapi dokter, yang setiap dua tiga sekali akan melakukan pemeriksaan, dan bila usia konten mencapai 6 bulan, dokter memerintahkan Nura hanya bersantai di rumah sakit, supaya senang mengawasi Nura dan andainya apa-apa terjadi Nura akan terus dibedah untuk menyelamatkan nyawanya dan bayi yang dikandung. Setiap hari Nura akan dikunjungi oleh Helmy. Nura amat bahagia, ternyata bayi yang dikandung membawa sinar, sangat berharga kehadiran dia nanti, sebab itulah Nura sanggup tinggal di hospital, sanggup menelan berjenis obat, sanggup disuntik apa saja semuanya demi bayi itu. Lainnya sudah di penghujung 7 bulan, Nura amat bahagia merasakan gerakan-gerakan manja bayi yang dikandungnya. Setiap tendangan bayi dirasakan sangat membahagiakan. Dokter makin teliti menjaga Nura, karena khawatir terjadi pertumpahan darah, dan akhirnya apa yang dibimbangi para dokter menjadi nyata saat Nura mengalami pertumpahan darah yang serius, lantas terus dia ditolak ke dalam kamar bedah dalam waktu beberapa menit saja. Helmy tiba bersama ibu dan ayahnya, dia panik sekali, namun coba ditenangkan oleh kedua orang tuanya. Hampir 1 jam berlalu, apakah kabarnya Nura di dalam sana. Helmy makin risau, setengah jam kemudian dokter keluar. Hilmi meluru "dokter bagaimana istri saya?", Helmy terus bertanya. "Sabar, kami telah berupaya, tahniah anak anda aman, anda dapat anak perempuan, seberat 2.1 kilogram, dan kini kami berupaya untuk menyelamatkan Puan Nura Ain." Terang dokter. "Apa maksud dokter? Tanya Helmy yang sudah tidak sabar. "Begini, dia kehilangan banyak darah, kami berupaya menggantikan darahnya yang keluar itu, dan masih berusaha, namun rahimnya terus berdarah dan kami mohon izin untuk membuang terus rahimnya demi menyelamatkan nyawanya." Jelas dokter. "Buatlah dokter, saya izinkan asalkanisteri saya aman.

"Ermmm ... lekanya dia sampai terlena." Tegur Hilmi sambil membelai dan mengusap kepala Nur Syuhadah yang terlena akibat kenyang setelah menyusu dengan Nura. Nura hanya tersenyum. Hari ni genap seminggu usia Syuhadah. Nura Ain masih lemah akibat kehilangan banyak darah. Namun dikuatkan semangat demi Nur Syuhadah buah hatinya. Dia mencium sepenuh kasih sayang pipi comel anaknya itu. Dia membelai sayu wajah comel itu. Entah kenapa dia rasa seperti terlalu sayu hari itu, hatinya terlalu sepi, semalam dia mimpikan arwah ibunya, datang menjenguk dia dan Syuhadah, tanpa suara, ibunya hanya tersenyum. Dan akhirnya berlalu begitu saja. Hari ini Nura menjadi seorang perindu, dia rindukan ibunya, dan diceritakan hal itu pada Helmy. "Mungkin mak Nura datang tengok cucu dia, dan dia sangat gembira". pujuk Hilmi menenangkan Nura. "Abang ... tolong Nura bang!!" Teriak Nura dari kamar mandi. "Ya Allah Nura kenapa ni? Helmy ketakutan. "Mak ... tolong mak ... makkkkkkkkkkk" Hilmi menjerit memanggil emaknya didapur. "Cepat, bawak pergi hospital, cepat Hilmi" perintah Mak Zaharah.

"Maaf dia tidak dapat kami selamatkan, terlalu banyak darah yang keluar, dan kami tak sempat berbuat apa-apa, dia terlalu lemah dan akhirnya dia'dijemputNya", terang dokter. Terduduk Hilmi mendengarkan hal itu. Jenazah selamat dikebumikan. Syuhadah seakan mengerti yang dia sudah tidak akan menikmati titisan-titisan susu Nura Ain lagi. Syuhadah menangis seolah-olah ingin memberitahukan dunia yang dia butuhkan seorang ibu, seorang ibu yang bersusah payah, bersabung nyawa demi untuk melihat kelahirannya. Demi membahagiakan papanya, demi membahagiakan neneknya. Syuhadah terus menangis seolah-olah tidak rela dia dipisahkan dengan ibunya hanya bersamanya untuk sekejap cuma. Semua yang hadir terlihat menyeka mata, tidak sanggup mendengar tangisan bayi kecil itu. Semua terpaku dan terharu, Hilmi mendukung Syuhadah dan membujuk bayi kecil itu, akhirnya dia terlelap didakapan papanya.

Abang yang Nura rindui, Abang, maafkan Nura karena selama ini tidak mampu menjadi istri yang terbaik buat abang. Saat abang membaca surat ini, mungkin Nura sudah jauh meninggalkan abang, Nura tak harapkan Nura akan selamat melahirkan anak ini, tapi Nura harap bayi akan selamat walau apa yang terjadi pada Nura. Itu harapan Nura bang. Nura masih ingat, rumah tangga kita hampir runtuh karena Nura tidak mampu memberikan zuriat buat abang, tapi bang, kali ni doa Nura dimakbulkan, dan untuk itu, biarlah Nura menanggung segala kepayahan demi zuriat ini bang. Saat Nura menulis surat ini, Nura masih lagi menjadi penghuni setiap ranjang rumah sakit ini. Baby kita makin nakal bergerak bang, tapi Nura bahagia merasa tiap tendangan dia abang, Nura bahagia, cukuplah saat manis ini Nura dan dia. Nura rasakan setiap pergerakannya amat bermakna, dan andainya ditakdirkan Nura hanya ditakdirkan untuk bahagia bersama dia hanya dalam konten saja Nura redha bang. Siapalah Nura untuk menolak ketentuanNya. Nura tak mampu abang. Cukup bersyukur karena setidaknya Allah makbulkan doa Nura untuk mengandungkan zuriat dari benih abang yang Nura cintai dan kasihi selamanya. Nura redha jika setelah ini walau apa terjadi, Nura redha, karena Allah telah memberikan Nura sesuatu yang cukup spesial, dan andainya maut
> Memisahkan kita Nura harap abang redha sebagaimana Nura redha. Syukurlah paling tidak Allah berikan nikmat kepada Nura untuk merasakan nikmatnya menjadi seorang ibu walau cuma sebentar. Andai apa yang Nura takutkan terjadi, dan bayi ini dapat diselamatkan Nura harap abang akan jaganya dengan penuh kasih sayang. Nura harap abang jangan biarkan hidupnya tanpa seorang ibu. Cuma satu Nura harapkan dia akan mendapat seorang ibu yang mampu menjaga seorang anak yatim dengan baik dan menjaganya dengan penuh kasih sayang. Seumur hidup Nura, Nura tak pernah meminta sesuatu dari abang, dan kini inilah permintaan Nura, janjilah anak ini akan mendapat seorang ibu yang penyayang. Abang yang Nura rindui ... Dulu sewaktu rumah tangga kita dilandai badai, Nura ingin sangat ucapkan kata-kata ini pada abang, tapi Nura tak berkesempatan, dan walaupun sekarang Nura tidak lagi, tapi Nura nak abang tahu yang ... Nura rindukan abang ... ... Nura rindu sangat dengan abang ... .. rindu bang ... rindu sangat ..

New! Click the words above to view alternate translations. Dismiss
 

Statistik

Followers

Best View: Mozilla Firefox. Template is proudly powered by Blogger.com | Template by Amatullah. Syukur |