. Catatan kecilku: Juli 2010

Sabtu, 24 Juli 2010

Bayang-Bayang Senja

Kali ini dia tidak datang saat malam
Tapi menyelinap diam-diam saat senja merekah di kaki langit
Hadirkan semburat jingga dan sepucuk pertanyaan tentang esok hari, apakah lagi yang akan terjadi?

Akankah tetap dinaungi oleh awan-awan putih yang menggantung-gantung, hindarkan semburat sinar panas yang menggersangkan?
Ataukah suatu hari akan kutinggalkan jalan ini sebab diri telah terlampau lelah tertatih, terjatuh, dan harus bangkit lagi?

Ada cerita tentang kau di sana
Yang mungkin akan menjadi penentu tentang hari esok yang entah bagaimana

Ada bayang-bayang senja yang datang saat kususuri jalan panjang menuju tempatku berpulang
Sambil terus berharap
Hadirnya adalah sebuah jalan
Sebuah uluran tangan yag layak bersambut
Sebuah cahaya yang menuntun
Saat terjaga segalanya hingga saatnya tiba

Hadirnya adalah sebuah jalan
Agar tetap bertahan
Agar tetap di sini.


Rumah Sajak

Jumpa

Dan bila ia jenguk lagi suatu masa
Di tempat yang ia putuskan tak akan pernah lagi terjamah
Sebab mungkin hanya di sana mereka akan berjumpa

Tapi hidup ternyata adalah sebuah tanda tanya besar tentang detik selanjutnya
Terkadang mentari bersinar sangat cerah dan membangkitkan senyum siapa saja
Namun tiba-tiba hujan deras bisa bergemuruh saat langit biru berganti kelabu
Lalu senyum itupun segera luntur tanpa sisa di kedua sudut bibirnya.

Sebab hidup tidak sementara
Karena saat tubuh itu telah selesaikan waktunya
Jiwa tak hanya sampai di situ saja
Ia lalu akan menempuh perjalanan panjang
Menuju suatu liku hingga tiba pada tempatnya yang kekal

Sebab hidup tidak sementara untuk jiwa
Di seberang sana dua jiwa menyatu setelah menemukan rusuknya yang hilang
Di tempat lain keduanya berpisah oleh waktu, angan, ataupun oleh gundah yang sementara
Lalu di tempat yang terpisah dua jiwa masih terus bertanya
Tak bisakah lagi ia ke sana
Agar takdir mengantarkannya berjumpa?



Rumah Sajak

Mungkin, Lebih Baik jika Kau Tak di Sana

Penulis Diena Firdausi 

Aku pernah berpinta
Agar tak usah lagi jumpa dengan siapa yang tak berguna
Salain membuat lagi goresan luka baru di atas luka yang dulu ingin kau lihat

Karena itulah
Lebih baik jika kau tak di sana
Dan akhirnya tidak perlu kulihat seumur hidup
Sebab darimu aku belajar untuk tidak mengaucap kata tanpa makna
Sebab akan sakit akhirnya
Mungkin, dapat membunuh seseorang
Atau paling tidak membunuh sendiri pengucapnya

Lihatlah!
Aku telah berani menulisku
Aku telah berani menulismu
Kau yang tak pernah berpikir tentang itu

Mengapa pula harus habis tinta
Habis masa
Habis rasa
Habis kata
Habis segala yang mungkin lebih baik jika disimpan saja

Tapi kata ternyata belum habis-habisnya
Sisakan aku yang hanya bisa menceracau
Ditertawakan oleh takdir

Ya, bukankah telah kau ajari untuk tak sembarangan mengucap?
Seharusnya akupun tahu untuk tak pula sembarangan berpinta
Doa yang telah beranjak dari kaki langit
Kini telah didengarNya
Mungkin sedang dikabulkanNya

Sajak Berkata


Di suatu malam
sebelum kulahirkan ia,
sajak berkata
'aku ini bukan tembok ratapan,
cobalah tuliskan tentang senyum, tentang cahaya yg menyeruak dari celah, atau tentang merekahnya bunga-bunga!'


maka maaf, sajak
sebab tibatiba tinta menjadi kering seketika
atau aku yg selalu luput memaknai tawa

Rumah Sajak 
 

Statistik

Followers

Best View: Mozilla Firefox. Template is proudly powered by Blogger.com | Template by Amatullah. Syukur |