. Malam Itu Tiba-Tiba (2)

Kamis, 19 Agustus 2010

Malam Itu Tiba-Tiba (2)

Kata...,
Ini aku datang membawa hati yang paling biru
Lebam karena rindu.

Maka kupilih kalian yang paling tertutup
Tertutup oleh sejuta kunci-kunci yang masih malu mengungkap pada bumi
Perihal hati yang selalu saja terpaut
Kadang tiba-tiba manjadi ciut
Dan entah mengapa memberangus segala logika yang coba dibangun, dirajut setiap waktu

Mengapa banyangan malam selalu muncul dan buat kita merasa gelap meski siang telah tiba
Meski pagi datang dan kelam tetap tercipta?
Apakah karena ialah sesungguhnya dosa yang sudah seharusnya dimengerti adanya
Menertawakan ilmu yang hanya berakhir pada catatan
Tidak pula mengakar kuat dan menjadi apa yang mengejawantahkan tiap laku dan anggota tubuh

Ini aku datang membawa hati yang paling biru
Jika saja ia tidak pernah berkata tentang hari esok yang cerah oleh senyuman
Mungkin tak perlu ada titik-titik noda yang tercipta oleh tiap getaran yang menghanguskannya dan buatnya menjadi tak dapat pantulkan sinaran

Ini hati yang lebam karena rindu
Ah, tetap saja ia takut mengucap kata itu
Tapi ternyata telah menyusuplah ia pada bait ini sebab dusta memang pahit jika terus terpendam pada nurani
Sebab pada akhirnya itulah yang ia rasa pada dirinya sendiri
Sebab kadang ia menyesal telah menguntaikan doa dan menitipkannya pada awan di langit
Padahal ia telah terkabulkan dan telah tercoretlah kisah dengan ia sebagai pemeran utamanya

Kata...,
Ia tak ingin menyesal dengan itu semua
Ia hanya didera takut saat jumpa itu tiba
Dan terjadilah apa yang selama ini hanya menggantung pada lorong imajinya.

Penulis Diena Firdausi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Statistik

Followers

Best View: Mozilla Firefox. Template is proudly powered by Blogger.com | Template by Amatullah. Syukur |